Selasa, 26 Januari 2016

Keadaan Ekonomi Di Desa Gunung Sereng

Mayoritas masyarakat Gunung Sereng yaitu merantau, hal ini seperti halnya kebanyakan masyarakat Madura lainnya. Kebanyakan masyarakata yang merantau adalah orang-orang remaja dan bekerja sebagai tukang pangkas rambu dan yang lainnya ada yang berdagang, buruh dan pembantu rumah tangga.
Letak geografis desa Gunung Sereng yang berada di daerah perbukitan menjadikan tanah di daerah tersebut gersang dan kekurangan air disaat musim kemarau tiba dan hanya disaat musim hujan datang tanah di desa Gunung Sereng ditanami. Sehingga kebanyakan masyarakat Gunung Sereng yang menetap disana menjadi petani dan buruh tani disaat musim hujan saja. Selain sebagai petani ada juga masyarakat desa Gunung Sereng bekerja sebagai pengrajin, buruh bangunan, pedagang dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan data monografi desa Gunung Sereng, ada 340 orang yang bekerja di luar Madura (merantau), 123 sebagai petani, 55 sebagai buruh tani, 15 orang sebagai buruh bangunan, 30 orang sebagai pedagang, 15 orang sebagai pengrajin dan 13 orang sebagai PNS. Dari data tersebut, bisa dilihat kebanyakan dari masyarakat desa Gununug Sereng bekerja di luar Madura (merantau).

Masyarakat setempat setiap tahunnya selalu rutin menanam padi dan jagung. Akan tetapi tanaman tersebut tidak begitu tumbuh dengan subur, karena tanahnya yang gersang. Ketika musim hujan, lahan pesawahan ada yang ditanami padi dan ada yang ditanami jagung.Tapi yang lebih banyak adalah yang ditanami jagung. sedangkan dimusim kemarau tanahnya dibiarkan begitu saja. Dengan 56 Ha luas lahan (sawah), dalam setiap tahunnya hanya menghasilkan kurang lebih 6.000 ton tanaman padi dan 16.000 ton tanaman jagung. Bagi masyarkat setempat, tanaman padi dan jagung merupakan tanaman yang dikonsumsi untuk mereka sendiri, walau ada sebagaian kecil dari padi dan jagung tersebut yang dijual. Akan tetapi, hasil dari bertani mereka tidak bisa mencukupi hidup mereka selama satu tahun, karena hasil dari bertani mereka memang sediki, sehingga mereka menunggu kiriman dari keluarga mereka yang berada di perantauan. Disamping mereka yang menetap di desa Gunung Sereng itu bertani, mereka juga beternak. Akan tetapi beternak dalam jumlah yang relatif kecil, karena pekerjaan itu dijadikan oleh masyarakat desa Gunung Sereng sebagai pengisi waktu nganggurnya. Hampir semua masyarakat Gunung Sereng memiliki hewan ternak, mulai dari sapi, kambing, unggas-unggasan, dan ayam. Tidak semua hewan yang masyarakat Gunung Sereng rawat itu miliknya sendiri, terutama sapi dan kambing. Akan tetapi ada beberapa yang miliknya kerabatnya atau tetangganya, karena pemilik hewan tersebut tidak menetap di Gunung Sereng atau lagi berada di perantauan dan ada juga pemilik hewan tersebut tidak mampu untuk merawatnya, sehingga mereka menyuruh kerabatnya atau tetangganya untuk merawat hewan miliknya dan pemilik hewan tersebut memberikan separuh dari hasil keuntungan yang didapat dari hewan tersebut kepada yang merawatnya. Dan perbuatan tersebut oleh masyarakat Gunung Sereng dinamakan dengan istilah paron. Dari data yang dikumpulkan, ada 198 kepala keluarga yang memiliki dan merawat sapinya sendiri dan 213 kepala keluarga yang memiliki dan merawat kambingnya sendiri. Sedangkan 55 kepala keluarga yang merawat sapinya orang lain (paron sapi)dan 67 kepala keluarga yang merawat kambingnya orang lain (paron kambing). Dari data tersebut bisa diketahui, bahwa praktik paron masih berjalan sampan saat ini.

Masyarakat Desa Gunung Sereng yang "Agamis"


   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 














Adanya Pondok Pesantren dan berbagai lembaga pendidikan Islam di desa Gunung Sereng memberikan dampak positif terhadap keberagamanaan masyarakat setempat yang secara keseluruhan berbagama islam. Pesantren bukan hanya sebagai pusat pendidikan, namun juga berfungsi mengawal masyarakat dalam hal keberagamaan. Kiai, sebagai pimpinan Pondok Pesantren mengadakan berbagi kegiatan keagamaan.


   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
    Mengingat mayoritas penduduk setempat merupakan anggota dari organisasi sosial-kegamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama’ yang secara historis dibentuk untuk mempertahankan tradisi, maka kegiatan keagamaan masyarakat desa Gunung Sereng erat dengan nuansa Nahdlatul Ulama’, seperti yasinan, tahlilan, ziaroh kubur dan shalawatan. Berdasarkan data monografi desa Gunung Sereng, terdapat 5 kelompok yasinan dan tahlilan, 5 kelompok selawatan di desa Gunung Sereng. Kegiatan tersebut biasanya dilaksanakan di musholla atau masjid. Maka untuk menunjang kegiatan-kegiatan keagamaan di desa Gunung Sereng, didirikan 4 buah masjid dan 22 buah musholla.

Kondisi Pendidikan Desa Gunung Sereng

    
   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
                            
   Mengingat zaman semakin maju dan teknologi semakin canggih, penduduk desa Gunung Sereng tidak mau ketinggalan zaman. Mereka sangat fanatik terhadap praktik keagamaan, sehingga mereka lebih mementingkan pendidikan agama. Namun, dengan kesadaran yang seperti itu, mereka mulai merubah pola pikir mereka untuk tidak selalu mendalami tentang ilmu -ilmu agama. Mereka mulai mengirim anak-anak mereka ke sekolah-sekolah umum, seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi (PT). Bahkan, perubahan pola pikir masyarakat tersebut juga didukung oleh bermetamorfosanya lembaga pendidikan yang ada di desa Gunung Sereng. Di desa Gunung Sereng terdapat pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Manbaul ‘Ulum. 


   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
                                         
     Di pondok pesantren tersebut terdapat lembaga pendidikan berbasis islam mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai Madrasah Aliyah (MA). Pondok tersebut pada mulanya hanya mendalami ilmu-ilmu agama, namun kemudian juga memasukkan materi non agama yang kemudian dibentuk lembaga-lembaga pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK) Madrasah Aliyah (MA). Selain itu, beberapa dari anak penduduk desa Gunung Sereng juga dikirim ke berbagai perguruan tinggi, baik yang berbasis islam, maupun umum, yang swasta maupun negeri.

Minggu, 24 Januari 2016

Potensi Desa Gunung Sereng

   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
                                          
  Kebanyakan besar warga sekitar Desa Gunung Sereng memiliki potensi alam berupa tanaman jagung yang dapat dikembangakan dalam berbagai hal apapun di dalam  hal pangan unutuk masyrakat pedesaan. Dalam menentukan makanan pokoknya, rata-rata masyarakat Desa Gunung Sereng memilih jagung yang diolah sebagai nasi jagung sebagai makanan pokoknya.Sedangkan dalam memilih hidangan pelengkapnya,para ibu rumah tangga memilih lauk pauk yang berasal dari hewani dan nabati yang ekonomis. Seperti bahan olahan jagung yang mendungkung faktor-faktor potensi Desa Gunung Sereng tersebut. 

   Foto By : Batara Dwi Primanda/KKN29/UTM 
                                          
   Rata-rata masyrakat disini berlatarbekalang petani jagung dan wiraswasta , dengan potensi alam yang dimiliki Desa Gunung Sereng ini Jagung dapat memberikan kelangsungan hidup bagi masyrakat-masyrakat yang menengah kebawah , sekaligus letak dstrategis deda ini yang bisa disebut dengan letak yang hampir sama dengan letak perbukitan kemungkinan besar dalam hal pangan yang ditanam di Desa Gunung Sereng ini. Seperti dodol jagung yang sudah menjadi makanan ringan dari warga Desa Gunung Sereng ini, sekaligus dengan cara pengolahan yang cukup sederhana dan tradisonal.

Sabtu, 23 Januari 2016

Peringatan Maulid Nabi Di Desa Gunung Sereng dan SDN Gunung Sereng I-II

   Foto By: Batara Dwi Primanda/KKN29/UTM 

Dalam peringatan Maulid Nabi di  desa Gunung Sereng SDN Gunung Sereng I-II yang memperingati Maulid Nabi dengan mengumpulkan para siswa siswi di ruang kelas SDN Gunung Sereng I-II . Dalam peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan di SDN Gunung Sereng I-II juga mengundang tokoh masyrakat yang ada di Desa Gunung Sereng . Tepatnya Bapak H.Muzawir selaku tokoh agama atau juga tokoh masyarakat yang berada di desa ini .


     Ada pula tradisi-tradisi unik yang sudah menjadi mitos dari nenek moyang Desa Gunung Sereng ini di setiap tahunnya dimulai dari jam tujuh pagi waktu setempat dengan cara berkumpul pada sahibul hajah yang mengajukan atau mengundang warga satu bulan sebelum tanggal peringatan tersebut.Kemudian dikumpulkan pada langar atau mushallah.Peringatan Maulid Nabi ini diawali dengan membaca shalawat burdah,kemudian shalawat sani hingga sholawat maqam dan ditutup dengan do’a.Setelah itu,bersamaan dengan diiringi bacaan shalawat Maulid Rosul,uang dari penghimpunan zakat mal ditaburkan oleh sahibul hajah dan diperebutkan oleh warga,baik dari anak-anak kecil hingga orang tua yang berada di pelataran dan buah karmanyangpun dibagikan pada kyai dan orang berada di mushalla atau langgar serta bungkusan yang berisi nasi dan laukpun juga dibagikan secara merata.

Profil Desa Gunung Sereng

     Desa Gunung Sereng merupakan salah satu desa indah di Madura yang terletak di kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan.Desa ini memiliki letak strategis dengan batas wilayah sebagai berikut :

     Desa Gunung Sereng merupakan desa yang berada didaerah perbukitan dan jauh dari pesisir. Jika dilihat dari pegunungan, letak desa Gunung Sereng berada di dataran tinggi. Letak seperti ini mengakibatkan tanah di desa tersebut gersang dan sulit sekali mencari sumber air. Sehingga pada musim kemarau masyarakat disana kesulitan air. Oleh karena iu, tanah disana hanya ditanami pada saat musim kemarau

      Mengenai jumlah penduduk desa Gunung Sereng, data terakhir yang dikumpulkan oleh petugas registrasi desa di awal bulan Nopember adalah 1460 jiwa Warga Negara Indonesia (WNI) dengan rincian 713 jiwa berjenis kelamin pria dan 747 jiwa berjenis kelamin wanita dengan 440 Kepala Keluarga (KK). Untuk Warga Negara Asing (WNA), tidak ada yang berdomisili di desa Gunung Sereng.

      Namun diakhir bulan Nopember, jumlah tersebut berubah menjadi 1457 jiwa WNI dengan rincian 711 jiwa berjenis kelamin pria dan 746 jiwa berjenis kelamin wanita. Adanya perubahan angka jumlah penduduk tersebut disebabkan oleh adanya tiga warga desa Gunung Sereng yang meninggal dunia.


   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
                                          
Arah
Desa
Sebelah Barat
Sumur Kuning/Beypajung
Sebelah Selatan
Duwek Buter
Sebelah Timur
Utedeng
Sebelah Utara
Tanah Merah


   Foto By: Batara Dwi Primanda/KKN29/UTM 
                                         
  Diketahui hasil pertanian dan perkebunan dari warga desa Gunung Sereng ini berupa jagung,kacang tanah,ketela pohon dan padi.Produksi jagung yang dihasilkan rata-rata sebanyak 1,6 ton dengan panen total 736 ton pada luas tanah 460 Ha.Sedangkan produksi kacang tanah sebanyak 1,25 ton dengan panen total 143,75 ton pada luas tanah 115 Ha,ketela pohon dengan luas tanah 4 Ha menghasilkan hasil panen rata-rata 9,95 ton dengan jumlah produksi 39,8 ton dan penghasilan padi dengan luas tanah 4 Ha dapat menghasilkan total produksi 10,44 ton rata-rata 2,61 ton.

          Total jumlah penduduk desa Gunung Sereng sebanyak 4.682 orang dengan jumlah laki-laki 2.255 orang dan jumlah wanita 2.427 orang.Desa Gunung sereng terbagi menjadi 11 dusun yaitu dusun Gunung Sereng,dusun Timur Gunung,dusun Brumbung,dusun Batu Ampar,dusun Parseh Beih,dusun Dejeh Gunung/Barat Gunung,dusun Dejeh Lorong,dusun Gunung Baris,dan dusun Sumur Leban.Setiap dusun di pimpin oleh pimpinan dusun atau biasa disebut dengan Apel.

   Foto By: Sandy Wahyu Jatmiko/KKN29/UTM 
                                       
     Budaya merupakan sebuah cerminan dari karakteristik sebuah masyarakat. Setiap masyarakat memiliki budaya yang berbeda-beda dengan masyarakat yang lain. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik yang dimiliki. Begitu juga dengan masyarakat desa Gunung Sereng. Salah satu bentuk kebudayaan yang hidup di masyarakat desa Gunung Sereng adalah terbangan, samman, yasinan, tahlilan dan ziaroh kubur. Salah satu bentuk dari kebudayaan adalah tradisi, yaitu cerminan dari karakteristik masyarakat yang berkaitan dengan tingkah laku. Untuk tradisi perkawinan di masyarakat desa Gunung Sereng, salah satu contohnya adalah tradisi kecocokan waton/pasaran sebagai syarat nikah. Selain itu, yang terlepas dari perkawinan, masih ada tradisi slametan desa yang dilaksanakan agar desa terhindar dari mara bahaya.

    Masyarakat desa Gunung Sereng masih sangat kental dengan tradisi "Gotong Royong".Setiap permasalahan yang ada di desa ini akan diputuskan secara musyawarah antara pemimpin atau perwakilan masyarakat yang dipercaya.Akan tetapi dalam segi pendidikan bagi masyarakat desa ini buanlah prioritas atau tujuan hidup.Banyak para remaja putri yang setelah lulus atau bahkan belum lulus bangku SMP atau MTS sudah dinikahkan.Sebagian besar masyarakat berpendapat bahwa tinginya pendidikan bagi seorang wanita tidak menjamin kebahagian dan peningkatan ekonominya.Sehingga banyak orang tua yang menikahkan anak perempuannya saat masih berusia 13-15 tahun.Sedangkan bagi para penduduk laki-laki,kebanyakan dari mereka akan pergi merantau untuk mencukupi kebutuhan ekonomi.Kurangnya pengetahuan membuat mereka yang bekerja di kota orang hanya berprofesi sebagai buruh atau pegawai.Akan tetapi setiap jerih payah mereka selalu di investasikan berupa rumah dan mobil.Sehingga jarang sekali akan ditemukan rumah yang tak bagus disini. Jarang sekali masyarakat desa gunung sereng yang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.Rata-rata adalah lulusan SD atau MTS yang setara dengan jenjang sekolah menengah pertama.